selama ini saya memiliki cincin yang saya pakai sejak tahun 94 akhir, dulu itu merupakan hadiah kelulusan SD dari ma.
awalnya sih saya tidak mau pakai, karena ukurannya yang agak kelonggaran, tetapi untuk menghargai ma, saya akhirnya mengenakannya juga, meskipu harus dibalut dengan kain tipis supaya diameternya pas dengan jari tangan saya yang pada saat itu masih mungil.
Saya sebenarnya tidak terlalu suka memakai perhiasan emas, baik itu anting-anting, gelang bahkan cincin, tetapi yah...itulah, saya terlalu menghormati Ma, jadilah saya kenakan hingga awal tahun 2009 ini.
Tetapi untuk gelang selain emas saya sangat tergila-gila, sampai saya dikatakan gila karena gelang yang saya gunakan sangat banyak, baik yang berbahan perak, rantai besi putih, anyaman rumput liar depan sekolah sampai jaman senang-senangnya mendaki gunung saya mengenakan gelang berbahan tali prusit, setiap kali habis mendaki dan mencapai satu puncak saya menambahkan satu gelang lagi di tanganku.
alasan kenapa saya malas sekali memakai cincin :
1. Kalau mandi biasanya sabun suka nyangkut di sela-selanya, dan itu berarti bisa menjadi sarang kuman *secara cincin saya itu ada intannya meskipun imitasi intan=) *
2. Kalau masak-masak, biasanya uap panas dari kompor atau makasakan akan tersa panas di jari-jari =(
3. beberapa kali intan imitasinya bembaret muka saya pada saat saya berwudhu *bila kebetulan posisi intannya berada di dalam*
4. akan sanyat sakit sekali bila saya harus berjabat tangan dengan orang-orang dan mereka sukanya meremas jari-jari saya.
5. Bila sedang bergandengan tangan juga seringkali, genggaman yang kuat akan menimbulkan rasa sakit.
6. Jika selesei bercocok tanam pastilah tanah akan dengan mudahnya masuk ke sela-sela jari saya dan bersembunyi di dalan cincin.
7. Saya merasa ribet jika harus mngenakan cincin disaat saya harus bersepeda, karena jadi sakit bila tertelan dengan stang sepeda.
Bagi saya cincin yang saya gunakan tidak lebih dari sebuah penghormatan saya kepada Ma.
ternyata berbeda dengan kebanyakan orang, bagi mereka cincin merupakan suatu simbol, karena mereka melihat saya memakai cincin di jari manis tangan kanan saya banyak yang mengira saya telah menikah atau bertunangan *ini sebelun saya menikah*
Pernah suatu saat cincin saya menjadi bahan perdebatan dintara anak-anak murin bahasa Indonesia saya yang berkebangsaan jepang, salah seorang dari mereka mengatakan saya masih lajang, dan beberapa diantaranya memvonis saya telah menikah, karena cincin yang saya kenakan semasa saya masih lajang dulu.
Cincin bagi sebagian besar orang diartikan sebagai simbol ikatan khusus kepada seseorang, dimaksudkan dengan melihat cincin yang tersemat di jari tangan, bisa mengingatkan pada si pemilik jari bahwa dia sudah bertunangan, menikah atau tidak single lagi, sederhana. tapi hal itu tidak berlaku bagi saya =)
Pernah suatu kejadian pada hari pernikahanku, siang setelah ijab kabul saya dan suami harus kembali ke salon untuk didandan persiapan acara resepsi buat malam harinya, dan karena kebiasaan suami saya juga tidak suka menggunakan cincin dan semua atribut berbau simbol-simbol maka dilepanya cincin kawinnya di kamar mandi pada saat akan mengambil air wudhu, sampai setelah selesai acara dia merasa kehilangan cincinya, dia kembali ke kamar mandi dan mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga, dan kami menyatakan cincin kawinnnya "HILANG"
ternyata berita kehilangan cincin kawin suami saya terdengar sampai di seluruh keluarga dan teman-teman ma, batapa paniknya mereka, saya mengetahui bahwa di kalangan orang tua kehilangan cincin kawin merupakan pertanda "musibah" OMG! saya panik juga...tapi suami saya menegaskan kembali...semuanya kembali ke Allah SWT, biarlah cincin itu yang menjadi tumbal datangnya musibah di keluarga kami, kami mengikhlaskannya, tak lama kemudian seseorang mengembalikan cincin kawin suami saya ke saya karena, di dalamnya terukir nama saya hmfff. Syukurlah ternyata masih berbaik hati juga orang yang menemukannya.
cincin saya yang sejak jaman SD dulu sejak 4 januari 2009 sudah berganti menjadi cincin kawin, bentuknya lebih polos dan lebih ramah ke wajah *tidak melukai wajah lagi*, tapi tetap saja saya sering lupa mengenakannya terutama kalau sepedaan =)
awalnya sih saya tidak mau pakai, karena ukurannya yang agak kelonggaran, tetapi untuk menghargai ma, saya akhirnya mengenakannya juga, meskipu harus dibalut dengan kain tipis supaya diameternya pas dengan jari tangan saya yang pada saat itu masih mungil.
Saya sebenarnya tidak terlalu suka memakai perhiasan emas, baik itu anting-anting, gelang bahkan cincin, tetapi yah...itulah, saya terlalu menghormati Ma, jadilah saya kenakan hingga awal tahun 2009 ini.
Tetapi untuk gelang selain emas saya sangat tergila-gila, sampai saya dikatakan gila karena gelang yang saya gunakan sangat banyak, baik yang berbahan perak, rantai besi putih, anyaman rumput liar depan sekolah sampai jaman senang-senangnya mendaki gunung saya mengenakan gelang berbahan tali prusit, setiap kali habis mendaki dan mencapai satu puncak saya menambahkan satu gelang lagi di tanganku.
alasan kenapa saya malas sekali memakai cincin :
1. Kalau mandi biasanya sabun suka nyangkut di sela-selanya, dan itu berarti bisa menjadi sarang kuman *secara cincin saya itu ada intannya meskipun imitasi intan=) *
2. Kalau masak-masak, biasanya uap panas dari kompor atau makasakan akan tersa panas di jari-jari =(
3. beberapa kali intan imitasinya bembaret muka saya pada saat saya berwudhu *bila kebetulan posisi intannya berada di dalam*
4. akan sanyat sakit sekali bila saya harus berjabat tangan dengan orang-orang dan mereka sukanya meremas jari-jari saya.
5. Bila sedang bergandengan tangan juga seringkali, genggaman yang kuat akan menimbulkan rasa sakit.
6. Jika selesei bercocok tanam pastilah tanah akan dengan mudahnya masuk ke sela-sela jari saya dan bersembunyi di dalan cincin.
7. Saya merasa ribet jika harus mngenakan cincin disaat saya harus bersepeda, karena jadi sakit bila tertelan dengan stang sepeda.
Bagi saya cincin yang saya gunakan tidak lebih dari sebuah penghormatan saya kepada Ma.
ternyata berbeda dengan kebanyakan orang, bagi mereka cincin merupakan suatu simbol, karena mereka melihat saya memakai cincin di jari manis tangan kanan saya banyak yang mengira saya telah menikah atau bertunangan *ini sebelun saya menikah*
Pernah suatu saat cincin saya menjadi bahan perdebatan dintara anak-anak murin bahasa Indonesia saya yang berkebangsaan jepang, salah seorang dari mereka mengatakan saya masih lajang, dan beberapa diantaranya memvonis saya telah menikah, karena cincin yang saya kenakan semasa saya masih lajang dulu.
Cincin bagi sebagian besar orang diartikan sebagai simbol ikatan khusus kepada seseorang, dimaksudkan dengan melihat cincin yang tersemat di jari tangan, bisa mengingatkan pada si pemilik jari bahwa dia sudah bertunangan, menikah atau tidak single lagi, sederhana. tapi hal itu tidak berlaku bagi saya =)
Pernah suatu kejadian pada hari pernikahanku, siang setelah ijab kabul saya dan suami harus kembali ke salon untuk didandan persiapan acara resepsi buat malam harinya, dan karena kebiasaan suami saya juga tidak suka menggunakan cincin dan semua atribut berbau simbol-simbol maka dilepanya cincin kawinnya di kamar mandi pada saat akan mengambil air wudhu, sampai setelah selesai acara dia merasa kehilangan cincinya, dia kembali ke kamar mandi dan mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga, dan kami menyatakan cincin kawinnnya "HILANG"
ternyata berita kehilangan cincin kawin suami saya terdengar sampai di seluruh keluarga dan teman-teman ma, batapa paniknya mereka, saya mengetahui bahwa di kalangan orang tua kehilangan cincin kawin merupakan pertanda "musibah" OMG! saya panik juga...tapi suami saya menegaskan kembali...semuanya kembali ke Allah SWT, biarlah cincin itu yang menjadi tumbal datangnya musibah di keluarga kami, kami mengikhlaskannya, tak lama kemudian seseorang mengembalikan cincin kawin suami saya ke saya karena, di dalamnya terukir nama saya hmfff. Syukurlah ternyata masih berbaik hati juga orang yang menemukannya.
cincin saya yang sejak jaman SD dulu sejak 4 januari 2009 sudah berganti menjadi cincin kawin, bentuknya lebih polos dan lebih ramah ke wajah *tidak melukai wajah lagi*, tapi tetap saja saya sering lupa mengenakannya terutama kalau sepedaan =)
- 2:56 PM
- 3 Comments