- 2:47 PM
- 0 Comments
Disini angin bertiup sangat kencang, rintik-rintik hujanpun turun dengan pasti
Aku terduduk diam disamping jendela, berkali-kali ranting itu menerpa kaca jendela.
Tadi pagi kau pamit padaku, sama seperti hari-hari sebelumnya, ada kosong bersama kepergiannmu
Tapi kerinduanlah yang buatku terus bertahan.
Terimakasih karena Kau karuniai perasaan rindu ini, dalam kesendirianlah aku belajar menjadi lebih tegar.
Hingga pada saat kau kembali untuk menceritakan hebatnya angin dipantai selama kau disana
Sama hebatnya dengan kerinduanku padamu,
Derasnya omabak yang menghantam tubuhmu, sederas air mataku yang mengalir bersama doa-doa yang kukirim untuk menjagamu.
- 2:46 PM
- 0 Comments
Buat Bronx yg lagi mengukur di takalar
Lelaki pesisir itu dating padaku
Dibawakanku segenggam pasir putih yang kemilau
Akupun tahu, apa arti segenggam pasir atau adakah harga yang pantas untuk menebus segenggam pasir itu?
Hari ini, aku bersam lelaki pesisir itu.
Kami berjalan diatas pasir metropolitan
Ber mil-mil jauhnya, tetapi tak sebutirpun kutemukan warnanya sama dengan pasir yang digenggamnya.
Konon, pasir putih itu adalah sisa-sisa keindahan pantai yan hilang karena rasa angkuh
Butir-butir pasir itu adalah tetesan peluh yang mengalir dari pori-pori kulitnya yang terbakar matahari karena merindukan kekasihnya kembali.
Esok, ijinkan aku membawa pulang kembali segenggam pasir putih itu. Entah kapan…
Sebab hanya di pantaimu keindahannya akan terus abadi hingga tak sejengkal tanah metropolitan ini menyentuh pasirmu…tidak pula dari tapak kakiku…
Lelaki pesisir itu dating padaku
Dibawakanku segenggam pasir putih yang kemilau
Akupun tahu, apa arti segenggam pasir atau adakah harga yang pantas untuk menebus segenggam pasir itu?
Hari ini, aku bersam lelaki pesisir itu.
Kami berjalan diatas pasir metropolitan
Ber mil-mil jauhnya, tetapi tak sebutirpun kutemukan warnanya sama dengan pasir yang digenggamnya.
Konon, pasir putih itu adalah sisa-sisa keindahan pantai yan hilang karena rasa angkuh
Butir-butir pasir itu adalah tetesan peluh yang mengalir dari pori-pori kulitnya yang terbakar matahari karena merindukan kekasihnya kembali.
Esok, ijinkan aku membawa pulang kembali segenggam pasir putih itu. Entah kapan…
Sebab hanya di pantaimu keindahannya akan terus abadi hingga tak sejengkal tanah metropolitan ini menyentuh pasirmu…tidak pula dari tapak kakiku…
- 2:44 PM
- 0 Comments